Rabu, 27 Juni 2012

SPIRITUAL KI LURAH SEMAR BADRANAYA Oleh Ki Setyo Racethocarito

Tan samar pamoring suksma sinukmaya winahywa ing asepi sinimpen telenging kalbu pambukaning warana, Tarlen saking liyep layaping aluyup…, Pindha sating supena sumusuping rasa jati… oooong…
Dalam terminologi Jawa,Puna” atau “pana” artinya memahami sesuatu dengan,terang, jelas, cermat, mengerti, cerdik, nastiti, teliti, hati-hati kemudian mendalami makna atau hakekat di balik kejadian-peristiwa alam dan kejadian dalam kehidupan manusia.
Sedangkan kawan berarti  pamong tukang ‘ngemong, memberi nasihat kebajikan, atau teman dalam suka duka. Jadi punakawan mempunyai makna yang menggambarkan seorang  teman bijaksana, yang mempunyai kawaskitan atau mata hati yang dalam, pikiran yang jernih dalam mencermati, menganalisa, dan mencerna segala fenomena dan kejadian alam serta peristiwa dalam kehidupan manusia.  Semar sebagai seorang pemimpin sekelas lurah atau kepala desa, memiliki kelebihan seperti tersebut tadi.
Punakawan dapat pula diartikan seorang pemimpin dan pengasuh, serta pembimbing yang memiliki kecerdasan fikir, ketajaman batin, kecerdikan akal-budi, wawasannya luas, sikapnya bijaksana, serta mumpuni dalam pemerintahan arif dalam segala ilmu pengetahuan. Ucapannya dapat dipercaya, antara perkataan dan tindakannya sama, tidak ngelantur ngalor ngidul, esuk tempe sore dhele, bertentangan atau tidak nayambung dengan tema pembicaraan.
Di dalam khasanah kabudayan Jawi menyebutnya sebagai “tanggap ing sasmita, lan limpat pasang ing grahita”. Dalam istilah pewayangan terdapat makna sinonim dengan apa yang disebut wulucumbu yakni rambut yang tumbuh pada jempol kaki. Keseluruhan gambaran karakter pribadi Ki Lurah Semar tersebut berguna dalam upaya melestarikan alam semesta, dan menciptakan kemakmuran serta kesejahteraan di bumi pertiwi. Ibarat mereka memakai jargon memayu hayuning bumi reog, maka seorang Semar bisa membuat, dan melaksanakan program kerahayuan bumi reog dengan cerdik, cerdas, teliti,bijaksana, ilmu yang mendalam, dan tidak ngelantur, ngawur seperti sekarang ini. Indomart, Alfamart, menjamur, membunuh ekonomi rakyat. Sementara KKN juga telah membumi dalam perekrutan CPNSD yang menyebabkan orang mlarat tapi pinter tidak bisa ikut membangun Negara. Sedangkan orang bodoh ber uanglah yang jadi penguasa.
Ki Lurah Semar, khususnya, memiliki hati yang “nyegoro” hatinya bagaikan samudra; dingin, segar, dalam, luas, sejuk, serta kewaskitaan yang premana . Ilmunya sedalam samudra. Hanya satria sejati yang akan menjadi asuhan Ki Lurah Semar. Semar hakekatnya sebagai perlambang hati nurani yang bertugas mengemban/momong fitrah manusia agar menjadi para kesatria sejati. Sebaliknya, bagi pemimpin yang bodoh dan bebal, sekolah/kuliahnya nggak beres, koruptor, manipulator, bromocorah, berwatak angkara murka, mereka akan ditemani oleh Togog dan Bilung. Tokoh penasihat yang lemah, bodoh serta tidak menghentikan kengkaramurkaan tuannya..
Ki Lurah Semar disebut pula Begawan Ismaya atau Hyang Ismaya, putra Sang Hyang Tunggal, dewa mangejawantah, yang diutus oleh Sang Hyang Wenang menjadi kalifah di bumi. Sedangkan julukan Ismaya artinya tidak wujud secara wadag/fisik, tetapi yang ada dalam keadaan samar/semar. Dalam uthak-athik-gathuk secara Jawa, Ki Semar dapat diartikan guru sejati (sukma sejati), sanubari yang ada dalam kalbu jati diri kita. Guru sejati merupakan hakekat Zat tertinggi yang terdapat dalam badan kita. Maka bukanlah hal yang muskil bila hakekat guru sejati yang disimbolkan dalam wujud Ki Lurah Semar, memiliki kemampuan sabda pendita ratu, ludahnya adalah ludah api (idu geni). Apa yang diucap guru sejati menjadi sangat bertuah, karena ucapannya adalah kehendak Tuhan. Para kesatria yang diasuh oleh Ki Lurah Semar sangat beruntung karena negaranya akan menjadi adil makmur, gamah ripah, murah sandang pangan, tenteram, selalu terhindar dari musibah.
Sedangkan pemimpin yang ditemani oleh Togog, bisanya hanya dhelog-dhelog, tidak memiliki keterampilan di dalam pemerintahan. Omongannya membosankan, ngawur, serakah, kakehan polah, ora mrantasi gawe, tidak ilmiah, dan tidak bisa apa-apa. Kecuali hanyalah janji-jnai kosong, omong kosong, pepesan kosong, banyolan ngalor ngidul untuk menutupi kekurangannya agar terkesan merakyat.
“Mbregegeg ugeg-ugeg sak ndulita hemel…heml…ae…ae…” artinya kalau punya pendirian suci, sedikitpun tak mau bergeser meninggalkannya, hidupnya diibaratkan hanya sekejap, makan hanya sedikit, banyak laku prihatin dan banyak bersukur….***

1 komentar:

  1. We are a group of volunteers and starting a new scheme in our community.

    Your website offered us with valuable information to work
    on. You've performed a formidable activity and our whole group might be grateful to you.

    Also visit my web blog; http://articlesfind.com/Insights-Into-Painless-Biotechnology-Solutions.htm

    BalasHapus